Masuk minggu ke 3 kelas MIIPB#7, materi kali ini lumayan bikin baper, mengaduk aduk perasaan dan mengaduk aduk masa lalu.
Materi minggu ini adalah Membangun Peradaban dari Dalam Rumah, awal membaca judulnya yang terlintas dalam pikiran adalah wah materi ini bakalan berat. Beberapa point penting yang aku dapatkan dari materi kali ini adalah :
Sungguh materi ini harus benar benar aku pahami lebih baik lagi. Mendapat materi ini seperti tiba tiba ada cahaya terang yang menunjukkan jalan di tengah ketersesatanku yang baru mulai membangun keluarga kecilku ini.
Pertama :
Belajarlah memaafkan masa lalu kesalahan orang tuamu yang membuatmu sakit hati/dendam. Cintailah, hormatilah beliau dengan tulus. Karena “Orang yang belum selesai dengan masa lalunya, akan menyisakan banyak luka ketika mendidik anaknya kelak.”
Kedua :
Kenali dengan baik keluargamu dan lingkunganmu. Carilah jawaban Apa alasan Allah menjadikanmu seperti sekarang. Apa gunamu di muka bumi ini?
Ketiga :
Jangan kamu mencetak anakmu sesuai keinginanmu, tapi didiklah anakmu sesuai kehendakNya. Ingat juga “Perlu orang sekampung untuk mendidik seorang anak”, karena kita harus mendidik anak selaras dengan bakatnya, potensi unik alam sekitar, kearifan lokal, dan potensi komunitas di sekitar kita. (sumber : _tim matrikulasi MIIPB#7, Membangun Peradaban Dari Dalam Rumah, tanggal akses 12 Februari 2019)
Seperti biasa, Habis Materi Terbitlah NHW. Cukup speechles dengan NHW kali ini. NHW kali ini menguji pengamatan kita, mengenali dengan mata, pikiran, dan perasaan. Apa yang perlu dikenali? Berikut jawabannya :
- Kenali Diri
Dalam hal mengenali diri, aku rasa sudah beberapa kali melakukannya waktu di bangku sekolah salah satu tugas tugas dari guru BK saya, dan waktu makul psikologi pendidikan di bangku kuliah. Tapi aku rasa aku belum pernah sungguh-sungguh melakukannya, hanya sebatas asal selesai mengerjakan tugas agar dapat nilai. Setelah masuk di IIP ini baru aku benar benar memikirkan, meresapi, apa sebenarnya potensiku?. Dengan bermodalkan jawaban Bunda Febrin (Fasilitator kelas MIIPB7 kalsel)Menganalisa bakat anak dengan talent mapping bisa dengan mengamati . Pedoman nya 4 E. Yaitu anak merasa enjoy, easy, exelen dan earn thd apa yang dilakukannya.Walaupun sebenarnya potensi dan bakat itu berbeda.
Menurut KBBI
P otensi diartikan sebagai kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan; kekuatan; kesanggupan; daya, sedangkanAkan tetapi dari arti diatas bakat dan potensi saling berkaitan, atau dapat diartikan bahwa bakat itu potensi yang dibawa sejak lahir. Sehingga metode talent mapping aku rasa bisa juga untuk mengenali potensiku.
Bakat ialah dasar (kepandaian, sifat, dan pembawaan) yang dibawa sejak lahir.
Dari paparan bunda, untuk mengetahui potensi maka aku harus mengetahui kegiatan yang disukai (Enjoy), mudah dikuasai (Easy), hasilnya bagus (Excellent) dan
bermanfaat (Earn), Jadi menurutku ada beberapa, akan tetapi yang mudah aku jabarkan hanya satu, yaitu
Mengajar
Aku sudah memulai kegiatan ini mungkin sejak SD kelas 5. Dimulai di tempatku belajar membaca Al-Qur’an. Karena banyaknya santri, dan guru ngajiku cuma 1, setelah aku khatam Al-Qur’an sembari aku setor hafalan juz 30, guru ngaji memintaku membantu mengajar adik adik yang masih IQRO’. Lalu setiap bulan puasa juga ikut mengajar TPA di masjid. Saat SMP menjadi anggota Dewan Penggalang dan ikut mengajar pramuka kelas dibawahku. Mulai kelas 1 SMA sampai lulus kuliah dipercaya mengajar les matematika dan mengajar pramuka di beberapa SD dan SMP. Itu semua karna dari SD, dua kegiatan yang aku suka adalah saat pelajaran matematika dan pramuka. Bahkan saat SMA pernah suatu saat hanya ada 15 siswa(aku sapah satunya) dari hampir 200 siswa yang seharusnya wajib ekskul Pramuka. Mungkin potensiku memang disini mengajar Matematika dan Pramuka. Untuk mengajar matematika alhamdulillah aku memang sudah menempuh perkuliahan di pendidikan matematika. Akan tetapi untuk pramuka untuk menjadi pembina seharusnya sudah pernah mengikuti KMD, sayangnya hal itu belum mendapat kesempatan. Walopun sekarang aku diminta suami untuk fokus dirumah mendidik putriku, aku akan tetap mengembangkan potensiku ini untuk mendidik putriku dengan ilmu2 kepramukaan yang mengajari kemandirian, kreatif, disiplin, empati, sigap, dan lain lain. Sedangkan untuk potensiku di bidang matematika aku harap suatu saat bisa membuat media pembelajaran matematika yang dapat membantu siswa belajar matematika dengan lebih enjoy, serta memiliki sebuah rumah belajar matematika. Amiin.2. Kenali Kamu (Suami)
Untuk lebih mengenali suami, kami diminta membuat surat cinta untuk suami dan menuliskan bagaimana responnya. Mengenai surat cinta untuk suami sebenarnya aku beberapa kali membuatnya. Apalagi di awal awal pernikahan kami. Saat suami tugas di luar kota, setiap malam aku menulis surat di buku harianku. Akan tetapi tidak semua surat itu aku minta beliau membacanya. Dari beberapa surat yang pernah aku berikan ke beliau sebenarnya aku bisa menebak respon apa yang akan beliau berikan, yaitu Diam saja dan saat ditanya mana jawabannya “Aku bingung mau jawab apa”. Memang beliau bukan tipe orang yang mudah merangkai kata, bukan tipe suami yang mudah menyusun kata manis untuk istrinya.Kali ini aku kembali menulis surat cinta untuk beliau, aku pilih dengan cara tulis tangan karna menurutku lebih cepat, karena harus segera fokus dengan putriku yang baru berumur 7 bulan. Walaupun sampai tiga kali surat aku sobek karena dirasa kurang pas. Hari itu beliau pulang menjelang adzan Maghrib, minum teh sebentar, menggendong putri kami sebentar, lalu mandi. Ketika beliau mandi aku taruh surat itu di meja tempat biasa beliau sibuk dengan laptopnya. Lalu aku masuk kamar bersama putriku, aku malu kalau melihat beliau membaca surat itu. Sampai sudah waktunya tidur, beliau tak berkomentar apapun. Akhirnya aku yang menanyakan dan benar saja, beliau cuma beri pelukan dan bilang “aku bingung mau jawab apa”. Tapi setelah lama aku paksa, beliaupun memberikan jawaban singkat yang membuatku berkaca-kaca. “Makasih ya mah, sholate tambah tepat waktu, tambah sik sabar le ngrawat, le ndidik Danesh (putri kami)”. Jawaban simpel, tapi mencakup semua.
3. Kenali Dia (putriku)
Dialah alasan utama aku ikut perkuliahan IIP ini. Aku ingin mendidiknya dengan sebaik-baiknya sesuai dengan bakatnya, bukan memaksakan dia harus bisa ini itu. Dia baru mau menginjak 8 bulan. Untuk mengenali potensinya masih terlalu sulit. Tapi yang bisa dilakukan adalah mengamati aktivitas yang disukainya, aktivitas yang membuatnya enjoy. Seperti jawaban bunda Febrin atas pertanyaankuPotensi anak dibawah 1 tahun mungkin belum terbaca tapi bisa dicatat Mbak. Misalnya : anak sudah tahu dengan mainan. Ada anak2 yang suka eksplorasi shg mainannya cepat rusak. Bisa jadi anak punya potensi utk menganalisa. Atau ada anak yang tidak pernah merusak mainannya , cmn dipegang2 saja. Bisa jadi anak punya potensi utk merapikan benda di sekitarnya.Putriku bukan anak yang rewel. Alhamdulillah dari hamil hampir tidak pernah ada keluhan, bahkan tanda tanda kehamilan yang biasa orang rasakan seperti mual tidak pernah aku rasakan. Sampai sekarang menginjak usia 8 bulan, Alhamdulillah hampir tidak pernah rewel. Untuk pola tidur, kalau ada papanya dirumah dia memang akan tidur larut malam. Tapi entah kenapa setiap papanya keluar kota, dia tidur lebih awal. Dari beberapa mainan yang kami belikan, dia justru lebih tertarik dengan benda-benda kesehariannya botol minyak, bedak, alat tulis papa mamanya, dan lainnya. Yang paling terlihat darinya, dia lebih antusias diberikan buku. Kala dia menangis atau merengek kadang mudah didiamkan dengan dibacakan buku. Saat aku menulis dan dia diberi mainan, maka dia akan lebih memilih mendekatiku merebut bukuku. Memang kebiasaan membaca ini aku coba tanamkan sejak dia lahir, setiap malam aku bacakan satu buku bundling dari rabbithole. Karena bahkan kata pertama alqur’an yang diterima Nabi Muhammad SAW adalah “Iqra” Bacalah. Selain suka pada buku, dia juga suka diajak travelling. Dia tidak pernah menangis ketika diajak pergi jalan-jalan, kecuali saat haus minta minum. Bahkan ketika diajak pulkam ke Jogja. Perjalanan pesawat dilewati dengan mudah, walopun butuh satu hari untuk mau digendong mbah, om, bulek, dan kakak kakaknya, adaptasi dengan lingkungannya. Dia juga berbinar binar setiap diajak jalan jalan ke alam, melihat hewan, hijaunya dedaunan, warna warni bunga, bermain air. Semoga kelak ia suka membaca, tak hanya membaca tulisan, tapi membaca alam sekitar, membaca kekuasaan Allah dari segala ciptaannya di alam ini. Masih banyak waktu dalam mengenali bakatnya, masih butuh banyak sekali yang harus dicatat untuk tau potensinya. Aku akan lakukan itu dengan sabar.
Sebenarnya sejak bayi sudah bisa terlihat kelebihan2 anak. Apakah anak itu mudah diasuh, sulit diasuh, mudah diajarkan pola tidur, makan dll itu semua bagian dari kelebihan anak Untuk potensi yang menyangkut kecerdasan majemuk bisa diamati mulai usia 2-3 tahun. Kita sendiri yang harus mengamati dan menerima kelebihan dan kekurangan anak kita. Tidak ada tips yang lebih baik selain mengamati dengan hati setiap sikap anak kita sebagai bagian dari kebaikannya. Setiap anaknitu fitrahnya baik. Kadang kita saja yang melabelinya buruk shg terbunuhlah fitrah baik itu. Anak yang tidak bisa diam kita anggap sebagai kekurangan padahal itu adalah kelebihannya memiliki kecerdasan kinestetik.
4. Kenali mereka (lingkungan sekitar)
Sekarang aku ada di rumah kontrakan yang ketiga selama ikut suami merantau ke tanah borneo ini. Rumah pertama waktu itu berada di luar komplek tidak ada tetangga satu pun, tapi jalan depan rumah cukup ramai. Disini pertama kalinya dalam hidup tinggal di rumah yang belakangnya rawa. Suasana yang sangat baru bagiku. Tiap hari hanya dirumah menunggu suami pulang, tak punya kenalan, tak ada kendaraan. Setelah tadinya di Jogja, rumah bisa dikatakan hanya sebagai tempat numpang tidur. Tapi aku bersyukur aku bisa merasakan hidup seperti itu, bisa lebih fokus belajar mengurus rumah itu seperti apa. Lama lama bosan tak punya tetangga, akhirnya pindah masuk ke kompleknya. Tidak ada rawa lagi di dalam rumah, belakang rumah cukup luas. Disini sedikit sedikit aku belajar bertanam sayur. Mulai ada tetangga kanan kiri walaupun hanya dua. Karna di satu gang ini yang lain hanya rumah singgah dan kosong. Disini aku mulai sedikit belajat bahasa banjar dari orang perantauan juga, jadi tidak terlalu keteteran kalau diajak ngobrol. Saat disini aku dapat kesempatan mengajar di salah satu SDIT ternama di Banjarbaru (disini tempatku banyak menambah kosa kata bahasa banjar), karna jaraknya jauh dan waktu itu aku sedang hamil akhirnya aku pindah lagi mendekati sekolah sampai sekarang. Disini sebenarnya perumahan yang ada di area kampung, jadi lebih ramai dan depan belakang kanan kiri ada tetangga. Tapi karna jam kerjaku pukul 07.00 sampai 16.30 bahkan bisa sampai menjelang maghrib, aku belum begitu kenal dengan tetanggaku. Baru setelah melahirkan aku stop mengajar di SDIT dan baru mulai mengenal mereka. Aku bersyukur disini kebanyakan masih orang keturunan jawa. Jadi aku tidak terlalu mengalamai shock culture . Tapi beberapa disini adalah Janda. Aku belajar kesetiaan dari nenek yang janda karna suaminya meninggal, sampai sekarang beliau setiap pagi masih melakukan kegiatan yang biasa beliau lakukan dengan suaminya. Yaitu mencabuti menyapu halaman, sambil menyabuti rumput. Aku belajar bagaimana menjadi single parent dari nenek yang janda karna dulu bercerai dengan suaminya saat anak masih SD. Aku belajar toleransi, disini walaupun berbeda agama mereka saling silaturrahim saat hari raya umat islam maupun kristen, tanpa mengucapkan selamat. Hanya datang berkunjung, menikmati jamuan, dan ngobrol seperti biasa. Karna sebelumnya aku tinggal di dusun dengan semua warganya islam. Aku belajar kesabaran dari seorang istri yang belum diberikan amanah seorang anak selama hampir 10 th pernikahan, dan aku bisa berbagi pengalaman program hamil dengannya karna aku menunggu 2 tahun juga untuk mendapatkan buah hatiku ini. Sungguh Allah memang perencana terbaik. Aku bersyukur berada di tempat ini. Aku juga ingin mengikuti kegiatan ibu-ibu disini, dan lebih banyak belajar dari mereka dan lebih banyak berbagi pengalaman dan ilmu. Salah satunya ilmu merekap data menggunakan komputer. Pernah sekali tetangga meminta bantuan memasukkan data KK anggota anggota Dasa Wisma, ke Ms.Excel. Dari situlah aku berpikir mungkin aku bisa membantu lebih banyak lagi.
Sementara ini seperti itulah bagaimana aku mengenali diriku dan orang orang disekitarku. Tapi aku masih belum puas dalam mengenali passion. Aku akan lebih mendalami apa itu Talent Mapping, berharap aku benar benar tahu passionku dan mengbangkannya agar lebih bermanfaat.
Okiria Uswatun Hasanah
#Regional_KalSel
#semualulusbareng
#InstitutIbuProfesional
#Matrikulasibatch7
#NHW3
#MembangunPeradabanDariDalamRumah